Halaman ini sudah dilihat oleh: 3118 orang, |
I. Nagari Tanjung bak surga muncul di dunia
Foto si Am th. 1955
Inilah syair tentang orang kampung
Peristiwa terjadi di nagari Tanjung
Ketika bergolak mereka bergabung
Ditulis dalam bait sambung menyambung
Ijin diminta ke penghulu nagari
Untuk berkisah peristiwa dialami
Bukan saya ahli puisi
Kisah untuk anak cucu nanti
Kalau salah tolong betulkan
Syair ditulis dalam sepekan
Banyak yang lupa atau terlupakan
Peristiwa terjadi tahun enampuluhan
Nagari Tanjung dilingkari bukit
Ada labuah jalan berbelit
Sawah berpematang, banyak parit
Menghasilkan padi bersumpit sumpit
Banyak sungai airnya deras
Di situ berbiak ikan Tawas
Sungai berbatu, batu cadas
Di sisi tumbuh pohon Perawas
Orang Tanjung, semuanya taat
Menjalankan agama, aturan syariat
Ketika datang waktu sholat
Aktivitas berhenti untuk sesaat
Sambil istirahat agak sebentar
Sembahyang Zuhur atau Ashar
Di atas batu bersusun datar
Di pinggir sungai banyak terhampar
Ibarat surga muncul di dunia
Tempat anak bermain ceria
Penduduk tenteram hidup seiya
Mereka semua berakhlak mulia
Tanah Sirah tempat siluncuran
Pelepah Pinang untuk kenderaan
Tebing miring dijadikan sandaran
Anak bermain, lupa makan
Ketika malam mengaji di surau
Lalu diajar silat Lintau
Begitu remaja Minang Kabau
Bekal kelak untuk merantau
Sawah terhampar berlupak lupak
Pematangnya panjang bagaikan ombak
Ditumbuhi rumput makanan ternak
Sangat indah bila dikodak
Sungai di Tanjung ada lima
Airnya jernih seperti aqua
Bisa diminum kala dahaga
Tiada polusi racun berbahaya
Menurut berita kabar orang
Presiden Soekarno sangat berang
Sumatera Tengah akan diserang
Negeri siap untuk berperang
Februari 58 perubahan mendadak
Penduduk Tanjung bertambah banyak
Pengungsi datang secara serentak
Mereka diterima seperti dunsanak
Ini nasib para pengungsi
Gaji bulanan telah terhenti
Tiada tanah untuk bertani
Menunggu bantuan sanak senagari
Meski bukan saudara dekat
Sanak senagari orang beradat
Dagang yang datang disambut hangat
Saling membantu sesama umat
Tiada terdengar di gunjing percakapan
Mencari kesempatan di dalam kesempitan
Orang berebut cari kebaikan
Saat membantu kelompok perjuangan
Harapkan pahala dari Yang di Atas
Semua berkorban secara ikhlas
Membantu perjuangan sekilo emas
Atau hanya secupak beras
Kepada pengungsi dari kota
Rumah dipinjamkan tidak disewa
Kalau makan ikut bersama
Pengungsi senang berhati lega
Nagari Tanjung lokasi perlintasan
Para komandan membawa pasukan
Jumlahnya banyak terhitung ratusan
Mereka singgah diberi makan
Dari Lintau menuju Agam
TP 1 berjalan di malam kelam
Membawa karaben serta meriam
Setiap regu jumlahnya enam
Dari Pasaman hendak ke Sijunjung
Melewati bukit serta gunung
Masuk kampung ke luar kampung
Juga singgah di nagari Tanjung
Walaupun tembakan berdentum dentum
Nasi disiapkan dapur umum
Disertai air untuk diminum
Ibarat membantu kerabat kaum
Para pemuda anggota TP
Menyandang bedil jenis LE 2
Ketika berkomunikasi memakai kode
Yakin berjuang bukan ber ere ere 3
Kode digunakan ketika malam
Misalkan kode daun mempelam
Teriakkan daun, lalu diam
Jawaban yang benar: mempelam
Sebelum bertanya kita berandai
Kalau jawaban telah sesuai
Itulah kawan, tak perlu dicurigai
Runding dan diskusi bisa dimulai
Bila panggilan dijawab salah
Alamat badan ditimpa susah
Dapat mati bersimbah darah
Jadi sasaran tembakan terarah
Untuk menjaga daerah perlintasan
Bukit menjadi tempat bertahan
Lubang digali di pinggir hutan
Oleh musuh tak mudah kelihatan
Batalyon bernama Harimau Minang
Kapten Badaruddin pimpinan perang
Sifatnya tegas tapi tenang
Kepada anak buah dia sayang
Badaruddin orang luhak Limapuluh
Kabarnya berasal dari Payakumbuh
Ketika sulit tak pernah mengeluh
Kepada Achmad Husein dia patuh
Pasukan istimewa Baringin Sati
Anggotanya banyak berjumlah sekompi
Berbaris apel setiap pagi
Menunggu sarapan sebungkus nasi
Baringin Sati kompi istimewa
Komandan bernama Muhir Aloha
Anggotanya banyak parewa kota
Mereka bergabung secara sukarela
Muhir Aloha orang Aceh
Rajin ibadah, sangat saleh
Wajahnya tenang, terlihat sumeh
Bukan pengikut Daud Beureh
Ketika Muhir memimpin gerilya
Isteri dan anak dibawa serta
Bayinya sehat tampak ceria
Tanpa minuman susu Formula
Bersama wakilnya Malin Marajo
Guru silat aliran Kumango
Senang memakai kopiah sebo
Tapi tak suka menebar foto
Ibarat memberi anak kandung
Itulah sumbangan orang Tanjung
Nasi bungkus berkarung-karung
Membantu perjuangan secara langsung
Sejak awal sampai terakhir
Sumbangan datang bak air mengalir
Rakyat memberi tak perlu kuatir
Tiada yang hilang walau sebutir
Ini bukan cerita bohong
Perang dibiayai bergotong royong
Setiap orang ikut menyokong
Walau sumbangan ubi sepotong
GMW atau Gerakan Massa Wanita
Organisasi perempuan ikut serta
Meminta masyarakat berinfak harta
Demi perjuangan membela negara
Upiak Sayang dan ande Mokah
Tiada jemu, tanpa lelah
Menyuruh petugas ke rumah rumah
Mengumpulkan iuran ataupun sedekah
Iuran perang anak nagari
Sebagai bukti kesadaran diri
Ketika menjaga ibu pertiwi
Saat negara mengalami revolusi
Batusangkar ibukota kabupaten
Dahulu bernama Fort van der Capellen
Belanda mendirikan benteng permanen
Kokoh dan kuat karena disemen
Tentara Pusat bertahan di benteng
Di dalam bangunan beratap genteng
Tiada aliran air ledeng
Hanya disiapkan makanan kaleng
Bila malam telah datang
Tentara Pusat tak lagi tenang
Setiap pekan gerilya menyerang
Korban yang luka mengerang erang
Inilah suasana yang sangat haru
Ketika tentara terkena peluru
Darah mengalir membasahi baju
Tole berbisik memanggil ibu
Dijaga si mBok sedari kecil
Kini menggeletak di samping bedil
Tubuh terasa dingin menggigil
Bunda disebut dipangil panggil
Dari Tanjung diatur serangan
Pasukan berbaris beriring iringan
Granat di pinggang, senapan di tangan
Kota Batusangkar sebagai tujuan
Serangan dipimpin oleh para komandan
Bisa marah seperti macan
Terhadap prajurit pelanggar aturan
Yang tak patuh pada perintah atasan
Terhadap komandan harus taat
Pimpinan mengatur taktik siasat
Perintah diucapkan tegas dan cermat
Tak boleh membantah atau mendebat
Kata dubalang, kata menderas
Kalimat pendek sangat ringkas
Ucapan terang harus jelas
Lama berucap satu nafas
Senjata moderen buatan Bule
Banyak yang kecil, ada gede
Bazoka, Mortir dan L.M.G
Disertai Garrand, Springfield dengan L.E
Beriring-iringan T.P berjalan
Kepala regu ada di depan
Memberi arah tempat tujuan
Menunggu kode isyarat penyerangan
Agar pejuang tak masuk kota
Batusangkar dilingkari kawat tembaga
Kawat dialiri arus terbuka
Bila tersentuh bisa celaka
Kalau tentara keadaannya panik
Kota dipagari arus listrik
Sifatnya arus, bolak balik
Siapa menyenggol langsung terpekik
Inilah kesalahan sangat besar
Ketika listrik dijadikan pagar
Orang sipil tak mampu menghindar
Konvensi perang telah dilanggar
Komando Teritorial Tingkat Kecamatan
Yang mengatur logistik pasukan
Zainal Abidin nama pimpinan
Sebelum perang pegawai penyiaran
Tiada ragu ataupun bimbang
Sebagai pegawai RRI Padang
Hidup sehari hari sudah tenang
Abidin memutuskan ikut berperang
Orangnya tampan badan tinggi
Pakaian necis sangat rapi
Tutup kepala memakai topi
Terus siaga setiap hari
Rumah kenangan, rumah perjuangan, home sweet home
Kantor menumpang di rumah Datuk Soda
Tidak dipungut uang sewa
Niatnya menyumbang secara sukarela
Andil perjuangan tanggungan bersama
Zainal Abidin punya ajudan
Untuk membantu tugas pekerjaan
Hubungannya bak mamak dengan kemenakan
Mereka berjaga secara giliran
Maklum kondisi suasana perang
Setiap saat musuh menyerang
Kalau lengah nyawa melayang
Diterjang peluru yang tak diundang
Karena perang berbulan bulan
Logistik tentara harus disiapkan
Nasi bungkus untuk pasukan
Pagi dan sore perlu makan
Walau siaga sepanjang hari
Baik petang maupun pagi
Nasi bungkus dijatah dua kali
Sumbangan perjuangan anak nagari
Banyak pelajar tentara sukarela
Di Tanah Sirah membuat asrama
Di Batunjam juga ada anggota
Siang dan malam selalu siaga
Tidak digaji, tidak diupah
Pakaian seragam tidak dijatah
Baju sendiri dibawa dari rumah
Dibelikan ibu, hadiah ayah
Seragam sukarelawan ketika itu
Bersandal jepit tampak lucu
Tentara reguler rapi bersepatu
Layak disebut sebagai serdadu
Peristiwa terjadi tahun 58
Mungkin September bulan sembilan
Karena tiada dalam catatan
Bila keliru tolong dibetulkan
Sekompi serdadu melewati Tanjung
Menuju tujuan ke daerah Sijunjung
Hari sore suasana mendung
Lalu istirahat di tengah kampung
Semua orang ingin berbakti
Kepada ranah tanah pertiwi
Tiada jenderal mengatur koordinasi
Pasukan bertindak sendiri sendiri
Para serdadu tentara asli
Memakai sepatu bertutup tinggi
Seragamnya lengkap gagah sekali
Senjatanya berlebih membuat iri
Melihat kondisi ada perbedaan
Dirasakan TP melihat kenyataan
Perlengkapan diminta sedikit bagian
Serdadu marah melepas tembakan
Tembakan dilepas berulang ulang
Kondisinya mirip seperti perang
Peluru ditembakkan terbuang hilang
Untunglah tiada nyawa melayang
Karena menolak usul permintaan
Tembakan meletus bersahut sahutan
Sesama kawan timbul perselisihan
Penduduk ngeri sangat ketakutan
Tahun pertama ketika perang
Tentara Pusat tak berani datang
Nagari ditembak berulang-ulang
Penduduk lari tunggang langgang
Ibarat Israfil datang mendesir
Lalu meledak seperti petir
Bom pecah berbutir-butir
Itulah meriam disebut Mortir
Bom meledak serentak delapan
Kiri, kanan, belakang depan
Kampung Mandahiling jadi sasaran
Mortir ditembakkan setiap pekan
Batu dan tanah ikut beterbangan
Membuat debu seperti pusaran
Diri merasa sangat ketakutan
Ingat Allah, minta perlindungan
Walau bukan permintaan diri
Takdir Tuhan berlaku pasti
Terkena bom ada yang mati
Ataupun luka di tangan kaki
Sering tubuh telah hancur
Darah di badan masih mengucur
Orang yang mati segera dikubur
Tanpa menunggu sanak sedulur
Karena situasi siap siaga
Mayat dikuburkan tergesa-gesa
Kalau tembakan kembali bergema
Jenazah ditinggal ntuk sementara
Walau bukan perbuatan sadis
Tapi teror perang psikis
Bermacam bentuk berbagai jenis
Mengakibatkan stres ke luar pipis
Inilah teror sangat ampuh
Menciptakan suara dari jauh
Orangpun ngeri ke luar peluh
Hilang semua sifat angkuh
Truk membawa para serdadu
Dari jauh bunyi menderu
Ibarat mendengar suara hantu
Penduduk panik tidak menentu
Ketika telepon jumlahnya sedikit
Mencari informasi sangat sulit
Belum tersedia komunikasi satelit
Musuh berada di balik bukit
Dari kejauhan terdengar bunyi
Waktu senja ataupun pagi
Setiap orang cari informasi
Untuk bersiap ijok sembunyi
Disebut orang sedang ijok
Pergi sembunyi bersama kelompok
Mencari lokasi yang agak cocok
Di dalam rimba membangun pondok
Ada fenomena sangat menarik
Bunyi kenderaan menimbulkan panik
Orang bicara satu topik
Tentara Pusat bergerak mudik
Waktu fajar masih tersuruk
Tentara beroperasi menggunakan truk
Mereka berdiri tiada yang duduk
Di samping OPR sebagai penunjuk
Saat menyusuri jalan tanjakan
Truk merayap pelan pelan
Menderu deru dari kejauhan
Lalu disusul bunyi tembakan
Tidak berjadwal dapat diduga
Datang muncul tiba tiba
Mungkin Jumat atau Selasa
Setiap waktu harus waspada
Suatu pagi dihari Jumat
Di langit melayang dua pesawat
Kapal terbang sangat cepat
Terlihat jelas dari darat
Pesawat digerakkan baling baling
Dilengkapi mitraliur di badan samping
Menyusuri lembah menghindari tebing
Mencari sasaran yang dianggap penting
Pesawat terbang setinggi kelapa
Pilot kelihatan bertopi baja
Target sasaran ditentukan mata mata
Tampak jelas di atas peta
mata mata = spion
Kapal terbang bercocor merah
Di bawah awan melayang rendah
Suara mendengung seperti lebah
Ketika menembak ibarat muntah
Pesawat Mustang jenis pemburu
Membawa senjata berisi peluru
Ada sasaran hendak dituju
Kantor Koterketj akan disapu
Koterketj = Komando Teritorial Kecamatan milik PRRI
Kantor menumpang di rumah Dt. Soda
Di kampung Mandahiling sebelah utara
Di situ tersimpan banyak senjata
Diintai musuh sejak lama
Pelurunya besar seempu kaki
Bisa membakar mengeluarkan api
Mengenai tubuh langsung mati
Darah ke luar banyak sekali
Bom dijatuhkan salah sasaran
Menimpa rumah yang di depan
Rumah hancur bak diterjang topan
Atapnya terbang jatuh berserakan
Agar operasi tak dianggap gagal
Ketika perang bukan frontal
Objek dipilih asal asal
Banyak sasaran tidak dikenal
Saat musuh tidak tampak
Tempat rimbun langsung ditembak
Peluru melesat tak mungkin ditolak
Terkena pelor langsung tergeletak
Banyak pohon di tepi sungai
Di situ bersarang burung dan tupai
Tempat sembunyi yang sangat disukai
Dari pesawat sulit diintai
Sudah takdir ketetapan Ilahi
Meski tiarap di tempat sepi
Adnan bergelar Malin Sati
Terkena peluru langsung mati
Saat penulis masih kecil
Belum kuat menyandang bedil
Ingin bertempur rasanya muskil
Makanya tetap jadi orang sipil
Dalam situasi keadaan panik
Orang berlari hilir mudik
Disertai tangis, diikuti pekik
Bandar dicari walau ada cirik
Tempat aman untuk sembunyi
Di dalam bandar berisi tahi
Jijik dan busuk tiada peduli
Menunggu pesawat terbang pergi
Tentara Pusat selalu menang
Karena dibantu pesawat terbang
Dari jauh kapal datang
Tiada hambatan mampu menghalang
Dari subuh sampai petang
Baik malam atau siang
Anak cucu serta eyang
Semua berlindung di dalam lubang
Lubang digali untuk berlindung
Setinggi tegak, sebatas hidung
Lima orang bisa ditampung
Di dalam lubang posisi mencangkung
Inilah gaul sebenarnya gaul
Takut dan gentar yang membuhul
Di dalam lubang orang berkumpul
Mendengar tembakan susul menyusul
Mungkin karena banyak teman
Di dalam lubang terasa aman
Hanya perut tak mau berkawan
Karena seharian tidak makan
Kalau terdengar ada tembakan
Meski berjongkok di atas jamban
Celana dipakai langsung dikenakan
Mencari tempat lubang perlindungan
Perang saudara tidak manusiawi
Kampung padat dibom artileri
Rakyat tak bersalah ikut mati
Meninggalkan dendam rasa benci
Ketika Tanjung melawan Belanda
Peristiwa terjadi di agresi kedua
Musuh tidak gunakan pesawat udara
Apalagi bom membabi buta
Belanda memakai senjata ringan
Untuk mencari pejuang kemerdekaan
Gerilyawan tertangkap lalu dibebaskan
Mereka dibujuk berhenti melawan
Pemerintah Soekano lain lagi
PRRI dianggap musuh negeri
Harus dikikis segera dibasmi
Bila perlu dibunuh mati
Dengan senjata selalu dikokang
Tentara naik ke rumah gadang
Melihat lemari langsung ditendang
Tiada orang sanggup melarang
Memakai sepatu masuk rumah
Tentara Pusat datang menggeledah
Disertai bentakan marah marah
Lemari terkunci langsung dipecah
Pesawat radio penerima informasi
Harus disimpan di hutan sepi
Benda terlarang untuk dimiliki
Dicari tentara ketika operasi
Ganasnya tentara perintah Soekarno
Kotak Gramophon mirip radio
Langka jualannya di toko toko
Kini dipecah oknum sembrono
Kotak Gramophon benda antik
Untuk mendengar rekaman musik
Barang berharga hak milik
Kini dipecah dicabik cabik
Saat penduduk mencari nafkah
Menangkap belut dengan lukah
Jubek ditembak di pematang sawah
Dia mati bersimbah darah
Mak Jubek kepala keluarga
Bukan parewa, tidak tentara
Beliau hanya manusia biasa
Orang sipil tak bersenjata
Jubek dibunuh di tepi batang Kalano
Oleh tentara dari Diponegoro
Dibawah pimpinan kolonel Pranoto
Militer ditugaskan rejim Soekarno
Tahun 65 Pranoto terbukti
Bersama Latif kawan seideologi
Mendukung gestapu pemberontakan pki
Lalu dikurung di dalam bui
Walau tidak sedang bertempur
Tentara menembak tanpa diatur
Ke sekeliling kota peluru dihambur
Banyak penduduk mati gugur
Kak Nurma orang Melayu Atas
Menjadi korban perang yang ganas
Tiga beranak langsung tewas
Ketika tidur terlelap pulas
Saat tentara sedang kuatir
Atau mungkin mabuk bir
Meriam ditembakkan tanpa pikir
Korban menerima itulah takdir
Rusdi murid sekolah Rakyat
Di dekat Balai pasar Jum'at
Tangan terluka seperti disayat
Terkena mortir tentara Pusat
Ketika luka mengeluarkan darah
Badan mengigil berkeringat basah
Rusdi terjatuh lalu dipapah
Kemudian ditidurkan di dalam rumah
Diberi minuman kopi panas
Air diteguk dua gelas
Rusdi tertidur sangat pulas
Karena tubuhnya sangat lemas
Ketika Rusdi terbangun tidur
Tanpa ada orang mengatur
Banyak kawan datang menghibur
Sambil bercakap saling bertutur
Ketika membunuh tanpa dalih
Menabur dendam ibarat benih
Rasa perasaan tak bisa pulih
Tak mungkin nyawa diganti pitih
Korban perang tak pilih usia
Dari bayi sampai manula
Semua orang ikut menderita
Inilah catatan cerita lama
Buyuang berdangau di Tanah Sirah
Di lereng bukit di atas lembah
Di luar kampung, di tepi sawah
Di situ dibangun sebuah rumah
Tidak seperti bangunan moderen
Berdinding bata dilapis semen
Dangau Buyuang semipermanen
Di dekat jalan milik kabupaten
Walaupun hidup terkadang susah
Buyung penyabar, jarang marah
Kerjanya membajak mengolah sawah
Kalau sore memasang Lukah
Buyuang Bokiak bapaknya si Badu
Menemukan benda yang masih baru
Sebangsa bom sejenis peluru
Granat dimasukkan ke kantong baju
Seperti umumnya para petani
Buyuang Bokiak tidak mengerti
Bahaya besar sedang menanti
Bisa meledak mengeluarkan api
Ketika menemukan milik orang
Buyuang tulus tiada bimbang
Atau mengharap imbalan uang
Malaikat Roqib mencatat senang
Buyuang berjalan mencari tentara
Ingin menyerahkan itu benda
Malang tiada dapat diduga
Mujur bukan sekehendak kita
Saat Buyaung sedang berjalan
Di tanah licin sesudah hujan
Tubuh terjatuh, sumbu tertekan
Bom meledak hancurkan badan
Granat meledak dalam genggaman
Terdengar keras bunyi letusan
Banyak orang segera berdatangan
Ingin membantu memberi pertolongan
Karena ledakan sangat dahsyat
Buyuang tewas langsung di tempat
Semoga almarhum diberi syafaat
Karena beliau rajin solat
Bukan wafat karena sakit
Buyung digolongkan mati syahit
Walau kerjanya hanya sedikit
Mengembalikan Granat milik prajurit
Setiap pekan Tanjung ditembaki
Dengan senjata meriam artileri
Banyak penduduk menyelamatkan diri
Ke dalam hutan mereka mengungsi
Menempuh jalan berkelok kelok
Belukar dirambah dengan golok
Dangau dibangun seperti pondok
Orang menyebut sebagai ijok
Tempat ijok di dalam rimba
Tidak seperti suasana kota
Alamnya tenang ibrat surga
Dihuni binatang berjenis margasatwa
Bukit Mansalai, Lomba dan Talang
Tempat bersarang beragam binatang
Ada Rusa, Beruk dan Siamang
Kini bertambah dihuni orang
Dangau dibangun dilereng bukit
Di samping pohon akar melilit
Tiada tampak matahari terbit
Susah terlihat dari langit
Pohon besar pencegah erosi
Pusaka kaum anak nagari
Selalu dijaga sejak bahari
Tak pernah ditebang atau digergaji
Dangau tersembunyi tidak tampak
Di kelilingi pohon banyak semak
Dihuni keluarga anak-beranak
Dengan tetangga Beruk dan Cigak
Dibangun sendiri bukan ditender
Luas berkisar 3 x 4 meter
Tiangnya dipancang susah digeser
Letak terpisah tidak berjejer
Bukan seperti rumah di kota
Berdinding kuat batu bata
Dangau ditutup kayu rimba
Ditudungi atap daun Kelapa
Sering bocor di saat hujan
Air menetes ke dalam ruangan
Membasahi tubuh sebagian badan
Badan menggigil karena kedinginan
Begini kondisi keadaan sulit
Orang berjualan sangat sedikit
Celana baju selembar melilit
Kalau sobek perlu dijahit
Karena baju hanya selembar
Telah kusam warnanya pudar
Tiada pengganti, tak ada penukar
Kini dilepas agak sebentar
Baju dilepas lalu dipanasi
Pakaian dihampai di dekat api
Di atas rentangan seutas tali
Setelah kering dipakai kembali
Baju dihemat jarang dicuci
Sering bersarang Tuma tersembunyi
Kalau menggigit terasa geli
Bisa timbulkan luka infeksi
Luka infeksi atau terkena bisa
Dapat timbulkan marabahaya
Badan panas demam membara
Lalu mengigau berkata kata
Bila luka tertembak bedil
Atau sakit demam menggigil
Tiada mantri bisa dipanggil
Pergi ke dokter sangat mustahil
Rumah sakit untuk rakyat
Sarana kesehatan tempat berobat
Letaknya di kota tentara Pusat
Tak mungkin didatangi walau sesaat
Ada senangnya di tempat ijok
Subuh dibangunkan ayam berkokok
Ditingkahi suara bunyi Kodok
Uadaranya bersih sangat cocok
Suasana ijok ketika perang
Seperti outbound jaman sekarang
Ijok tidak perlu pakai uang
Outbound ladangnya para pedagang
Supaya perang tidak mulus
Jalan ke Pato tak boleh tembus
Titian di Tanjung harus diputus
Kenderaan militer tak bisa terus
Bulan Desember tahun enam puluh
Pusat datang laksana guruh
Mobil konvoi berpuluh puluh
Pertahanan Marapalam telah jatuh
Pato dimasuki di sisi belakang
Dari Lintau musuh datang
Lalu turun ke Tanjung Sungayang
Di batang Selo konvoi terhalang
Truk berhenti berderet deret
Kenderaan diparkir agak mepet
Lalu terdengar tembakan berentet
Semua makhluk menjadi kaget
Kenderaan berhenti banyak sekali
Penumpangnya melompat berlari lari
Ada yang tiarap di tempat sembunyi
Mereka menembak kian kemari
Bedil diarahkan menuju bukit
Ditingkahi letusan bunyi dinamit
Mendengar letusan tidak sedikit
Orang yang kaget jatuh sakit
Di tepi batang Kalano konvoi terhenti
Membuat jembatan untuk meniti
Kerambil ditebang tak diganti rugi
Pohon dipotong lalu digergaji
Untuk menyeberang Selo Tongah
Jalan terhalang lapau Mak Angah
Tentara mengambil jalan yang mudah
Kedai dibakar sampai musnah
Pemilik memohon bibir bergetar
Agar kedainya tidak dibakar
Tapi tentara tak mau dengar
Akhirnya Mak Angah kena tampar
Ini pesan Soekarno cs
Kalau tak ingin bernasib apes
Rakyat jangan lakukan protes
Harus diam seperti bola kempes
Ke dalam rimba PRRI menyuruk
Lalu OPR segera dibentuk
Wali nagari langsung ditunjuk
Dia bernama Abdul Muluk
Abdul Muluk aktivis partai
Sehari hari jualan di kedai
Dia termasuk orang yang pandai
Dengan penduduk Muluk berdamai
Kepada partai Muluk patuh
Memerangi PRRI sampai luluh
Dia tidak sembarang tuduh
Hanya sedikit korban yang jatuh
OPR akronim dari kalimat
Artinya: Organisasi Perlawanan Rakyat
Anggotanya preman dibayar Pusat
Menerima upah setiap Jum at
Dalam nagari di kecamatan Sungayang
OPR didaftarkan 30 orang
Diberi seragam dan senapang
Lalu dilatih pagi dan petang
Karena politik dijadikan pengulu
Dipakai kebijaksanaan belah bambu
Rakyat disiapkan untuk diadu
OPR dipilih dari partai tertentu
Pertahanan dibuat di puncak bukit
Pandangan luas ke kaki langit
Posisi PRRI menjadi sulit
Masuk kampung langsung dikuntit
Supaya PRRI tidak menerobos
Penjagaan dibuat bagaikan poros
Di bukit Tangah didirikan pos
Membutuhkan biaya serta ongkos
Di puncak bukit Kayu Sebatang
Tempat keramat Tanjung Sungayang
Ada luak airnya tenang
Orang berziarah banyak yang datang
Tempat keramat kuburannya wali
Lingkungan tenang suasana sunyi
Ketika berdoa kepada Ilahi
Memohon selamat penduduk nagari
Kondisi berubah bertolak belakang
Kayu di puncak segera ditebang
Tempat keramat langsung dibuang
Orang berziarah juga dilarang
Merasa kuat ibarat banteng
Adat nagari dianggap enteng
Tempat keramat dijadikan benteng
Penduduk melihat geleng geleng
Ini peristiwa di puncak Simbatak
Pekan Ahad sedang sesak
Ke arah pasar tentara menembak
Banyak yang mati bapak dan anak
Karena peristiwa dibuat kelam
Penulis ingatkan dengan gurindam
Perbuatan tentara melanggar HAM
Biasanya PBB tak mau diam
Untuk menghalangi PRRI masuk kampung
Nagari dipagari dengan betung
Pagar dibuat sambung menyambung
Dari Bakoreh sampai ke Sawah Tanggung
Penduduk dikerahkan dengan dipaksa
Membangun pagar tanpa gapura
Dibalik pagar OPR berjaga
Siap menembak pakai senjata
Di dalam kampung OPR berpatroli
Mencari musuh simpatisan PRRI
Termasuk pula anggota Masyumi
Ke mana pergi selalu diawasi
Yang dicurigai langsung ditangkap
Kepada wali disuruh menghadap
Kalau ditanya jangan salah ucap
Setiap jawaban harus mantap
Bukan mencegah Setan Hantu
Tapi instruksi para serdadu
Depan rumah harus berlampu
Lentera digantung di tiang bambu
Jika malam gelap gulita
Aliran listrik belum sedia
Tanpa penerangan dianggap berbahaya
Tentara menyuruh memasang lentera
Ketika hari telah kelam
Memakai pakaian serba hitam
Mengunjungi dunsanak ketika malam
Mereka merangkak diam diam
Walau dipagar disekeliling Tanjung
Gerilyawan leluasa masuk kampung
Mereka dibantu kalau terkepung
Ada yang disembunyikan di dalam lumbung
Di lumbung padi Mansur disembunyikan
Menunggu malam pukul sembilan
Untuk kembali masuk hutan
Membawa persediaan bahan makanan
Bukan mencari salah dan benar
Ketika bercerita tentang Mak Juar
Tubuh tergeletak mati terkapar
Karena perselisihan orang pintar
Orang pintar kalau tak bermoral
Sering berpidato sambil membual
Korbannya rakyat tertimpa sial
Yang kurang paham masalah awal
Sebagai OPR pembantu tentara
Setiap malam si Juar meronda
Keliling kampung berjaga jaga
Senjata ditangan siap siaga
Ketika menyenter semak semak
Karena ada yang bergerak gerak
Terdengar suara orang membentak
Mak Juar langsung sasaran tembak
Dekat pagar ranjau dipasang
Besi dan bambu bercabang cabang
Ujungnya tajam tidak kepalang
Ibarat ujung mata pedang
Karena si Zubir kurang awas
Menanam ranjau bergegas gegas
Kakinya terluka di paha atas
Mengeluarkan darah ke luar deras
Bajunya sobek celananya bolong
Dia kesakitan melolong lolong
Orang sekampung datang menolong
Tubuhnya diangkat lalu digotong
Inilah kenangan saudara Marhamis
Dia ditangkap malam Kemis
Karena dicurigai anti Komunis
Lalu diinterogasi pertanyaan sinis
Marhamis berupaya cari selamat
Kejadiaan dilaporkan ke tentera Pusat
OPR bertindak telah sesat
Marhamis bebas tak jadi diikat
Ke luar kampung dia menghindar
Pergi sembunyi ke Batusangkar
Lalu Marhamis membuat nazar
Niat beliau tak bisa diradar
Ini peringatan perlu ditulis
Kalau militer disusupi komunis
Muncul tindakan yang sangat sadis
Membunuh musuh secara bengis
Berita resmi diumumkan pemerintah
Dokumen dicatat dalam sejarah
Kaum Komunis berbuat ulah
Melakukan kudeta berdarah darah
Berita besar dari Lubang Buaya
30 September tahun 65
Ketika Komunis melawan negara
Prajurit membunuh jenderal mereka
Berpakaian lengkap mengenakan baret
Jenderal dikeroyok ibarat copet
Lalu disiksa diiris silet
Disaksikan Gerwani berjoget joget
Karena jenderal mati disiksa
Suharto marah luar biasa
Segera diumumkan ke pelosok negara
Komunis kejam tiada tara
Rakyat mengamuk kepada PKI
Anggota partai lalu dicari
Mereka dikejar ke pelosok negeri
Yang tertangkap lalu dibui
Perlu melihat contoh ke belakang
Ketika nagari terlibat perang
Apa yang terjadi di Tanjuang Sungayang
Oknum berlatih menyiksa orang
Ibarat catatan buku putih
Di Tanjung PKI mulai berlatih
Membunuh, menyiksa serta menyembelih
Meneror manusia menebar sedih
Latihan di Tanjung kelak dipraktekkan
Berbuat kejam mengikuti setan
Jenderal dibunuh secara mengerikan
Ke dalam sumur tubuh dibenamkan
Kincir padi di kampuang Batunjam
Di tepi jalan menuju Marapalam
Di kaki bukit tebing yang curam
Di situ terjadi pembunuhan kejam
Kejadiaannya ngeri luar biasa
TP ditangkap lalu dianiaya
Lehernya digorok dengan pisau baja
Perbuatan setan berujud manusia
Rakyat ketakutan bukan main
Ada tentara tidak disiplin
Menjadi pembunuh berdarah dingin
Seperti gerombolan tanpa pemimpin
Senja hari ketika pembunuhan
Gagak berkaok ikut memberitahukan 4
Ada iblis sedang berkeliaran
Di nagari Tanjung menebar kengerian
Saat penggorokan sedang berlangsung
Isyarat disampaikan oleh burung
Gagak terbang berkeliling kampung
Memberi tahu orang Tanjung
Gagak hitam berkaok kaok
Diselingi Jago ikut berkokok
Ada manusia sedang digorok
Memakai pisau sejenis golok
Seorang bintara bernama Sudjono
Dia tentara Divisi Diponegoro
Tugas ke Batusangkar diperintah Soekarno
Pergi berperang penuh resiko
Instruksi Soekarno membasmi PRRI
Orang Tanjung ikut diperangi
Sudjono termasuk bagian infantri
Dulu ke Tanjung pergi operasi
Di Batusangkar Sudjono bertugas
Bersenjata bedil panjang laras
Keluarga ditinggal selalu cemas
Mereka berdoa kepada yang di Atas
Kepada Allah anak berdoa
Agar selamat pulang ke Sokaraja
Berkumpul kembali bersama keluarga
Mendidik perempuan anak pertama
Walau Sudjono tentara Pusat
Dia berpihak kepada rakyat
Sembahyang di mesjid setiap Jum-at
Di situ terjadi tangan berjabat
Saat perang sedang terjadi
Sudjono berpangkat bintara APRI
Dianggap musuh anak nagari
Jangan ditemui, perlu dihindari
Karena diatur Tuhan Robbana
Musuh akhirnya jadi keluarga
Orang Tanjung nikah di Jawa
Putri Sudjono menjadi isterinya
Anak pertama perempuan sulung
Setelah kawin pergi ke Tanjung
Ikut suami melihat kampung
Kini silaturahmi datang berkunjung
Datang berkunjung ke sanak saudara
Mungkin maaf yang diminta
Saat ayah jadi tentara
Melaksanakan tugas perintah perwira
Ketika perang telah berlalu
Anak Sudjono diambil menantu
Tiada permusuhan antar suku
Walau APRI telah keliru
Kelak terbukti tahun enam lima
Jenderal dibunuh saat kudeta
Mungkin Soekarno ikut merencana
Begitu tertulis dalam berita
Bukan pendapat dari pengarang
Tapi bukti yang sangat terang
APRI diperintah untuk berperang
Ketika Soekarno mabuk kepayang
Karena ini masalah politik
Supaya tak muncul debat polemik
Ada petuah orang cerdik
Forgive, but dont forget it
Inilah perang sebenarnya
perang
Melawan globalisasi kaum pedagang
Bila kalah menjadi wayang
Hidup diatur oleh Ki Dalang
Kaum dagang bernama kapitalis
Tentara Ki Dalang disebut selebritis
Arah kiblat Hollywood dan Paris
Ucapan sahadat: Ikuti modis
Kalau dinasehati tidak patuh
Ibarat penyakit tak akan sembuh
Sepanjang hari selalu mengeluh
Itulah cerdik membawa runtuh
Air di sungai, telah menyusut
Tinggi permukaan di bawah lutut
Dipakai mandi tak lagi patut
Istilah tapian jarang disebut
Kini nagari sudah berubah
Perang saudara selesai sudah
Rejim Soekarno mengaku kalah
Ambil pelajaran dari sejarah
Bila melupakan adat filosofi
Kiamat sugro pasti terjadi
Bumi senang padi menjadi
Jadikan acuan sepanjang hari
Beginilah suasana di Tanjung Sungayang
Hidup bertani sangatlah senang
Saat manusia belum dikejar barang
Tiada kolektor menagih utang
Bak mitraliur ditembakkan ke nagari
Perlengkapan dipromosikan para selebriti
Disertai gosip petang dan pagi
Supaya barang segera dibeli
Lingkungan hidup bisa rusak
Ketika orang menangkap Landak
Walau bukan binatang ternak
Satwa bermanfaat mengurangi katak
Tidak layak karena nasi sepiring
Kalau petani memburu Tenggiling
Siklus kehidupan dia gunting
Karena satwa sangat penting
Kekayaan alam tak ternilai
Seperti unggas burung Punai
Bisa bersiul seperti serunai
Tidak pantas untuk digulai
Hutan dan rimba harus dijaga
Bila digadaikan ke orang kota
Dijadikan lokasi tujuan wisata
Tempat maksiat berhura hura
Kalau mencontoh kepada yang sudah
Lokasi wisata maju meriah
Daerah Puncak bisa ditelaah
Di situ boleh kawin mut ah
Melihat tuah kepada nan menang
Pulau Bali contoh yang terang
Ribuan turis lalu lalang
Bercelana kotok ber bh kutang
Bumi dijajah orang orang cerdik
Memakai perantara produksi pabrik
Seperti jualan industri musik
Yang membeli kehilangan milik
Begini strategi pemodal kapitalis
Untuk meningkatkan jualan bisnis
Mereka menciptakan para selebritis
Guna membujuk bujang dan gadis
Ketika bodoh sangat terlalu
Karena jarang membaca buku
Bujang dan gadis sering tertipu
Dagangan racun, disangka madu
Seperti iklan promosi rokok
Sering ditempel di dinding tembok
Ada peringatan membahayakan orok
Hanya dijadikan bahan olok olok
Kerja besar yang harus dimulai
Mengumpulkan uang beramai-ramai
Mendidik kemenakan diajar pandai
Sarjana bermutu siap pakai
Isu global pemanasan bumi
Ninik mamak harus berunding
Perlu ditanggapi anak nagari
Kalau kayu sering dicuri
Neraka di dunia akan terjadi
Ada peringatan yang sangat penting
Kondisi berada di lampu kuning
Boncah dan sumur telah kering
Ingatlah sumpah nenek moyang
Pabila anak cucu tidak sembahyang
Lupa adat, hilang Minang
Ke bawah tidak berurat
Ke atas tidak berpucuk
Di tengah-tengah digirik kumbang
1 T.P = Tentara Pelajar
2 L.E = Lee Enfield, sejenis bedil digunakan dalam P.D 2
3 ber ere-ere (MK) tidak serius
4 Di tempat-tempat yang belum terpolusi, dan air hexagonal atau (minang
masih banyak tersimpan di perut bumi), maka alam akan cepat bereaksi memberi
tanda-tanda.
Di tempat tsb. komunikasi makhluk hidup lainnya dengan manusia dapat dilihat/terjadi secara langsung.
Sebagai contoh, burung gagak akan memberi tanda-tanda kematian, ayam Jago berkokok dan anjing meraung-raung di malam hari menandakan kampung dikotori.
Ujung-ujung pelangi muncul dari sumur-sumur
alam.
Selanjutnya Harimau tidak akan membunuh orang yang tidak bersalah, dan petir hanya akan menyambar tempat
penyimpanan racun atau kuburan orang yang zalim ketika hidupnya.
Inilah tanda-tanda/kekuatan alam nan hidup yang bersumber dari adanya air
asli di bumi seperti yang dibuktikan dengan penelitian kristal air oleh DR. Masaru Emoto.
Sebagai anak nagari, sudah menjadi kewajiban kita untuk tetap menjaga minang.
Kalau Dunsanak merasa perlu kisah ini diketahui pula oleh orang lain, tolong di Like & Send atau di Tweet
Tweet