Halaman ini sudah dilihat oleh: 1548 orang, |
I. Pendahuluan
Kodak si Am tahun 1955, 3 tahun sebelum PRRI.
Tiga orang warga sipil
Si Am, Saribanun dan Amril
Merasa perlu untuk tampil
Mengisahkan peristiwa di ujung bedil
Ujung bedil milik tentara
Membuat hidup jadi sengsara
Ketika terjadi Perang Saudara
Nagari Andoleh menjadi bara
Cerita disampaikan kepada penulis
Dibuat syair kalimat puitis
Kalau ragu tolong ditapis
Supaya hilang fitnah iblis
Ampun dan maaf kepada Pangulu
Bila kalimat ada yang rancu
Atau catatan mungkin keliru
Karena peristiwa lama berlalu
Kepada pemuda dan pemudi
Ambil hikmah syair ini
Saat hidup di era globalisasi
Agar tak hilang jatidiri
Saribanun suku Sumpadang
Orang Andoleh kecamatan Sungayang
Ingin berkisah peristiwa perang
Bukan cerita dikarang karang
29 Mei lima sembilan
Hari Sabtu di akhir pekan
Pukul sembilan pada jam tangan
Akibat perang tak mungkin dilupakan
Insyaallah Banun tidak keliru
Peristiwa terjadi di hari Sabtu
Diiringi tangis anak dan ibu
200 rumah menjadi abu
Saat terjadi perang saudara
Rejim Soekarno mengirim tentara
Memakai perlengkapan beragam senjata
Termasuk serangan pesawat udara
Ini peristiwa kenangan pahit
Bagi Andoleh Baruah Bukit
Nagari dibakar bom langit
Orang berlari menjerit-jerit
Menurut ingatan orang tua tua
Karena takdir dari yang Kuasa
Setelah nagari menjadi rata
Hanya empat rumah tersisa
Saksi hidup yang masih ada
Sjamsir Sjarif lengkapnya nama
Kini bermukim di benua Amerika
Di Santa Cruz state California
Walau tidak memanggul senapang
Sjamsir Sjarif ikut berjuang
Sebagai kurir juru penerang
Ke banyak nagari Sjamsir datang
Memberi penerangan kepada rakyat
Agar tak gentar melawan Pusat
Karena Soekarno telah sesat
Harus diperangi sampai lumat
Ketika Sjamsir kembali dari Lintau
Hatinya sedih sangat risau
Sebagai kenangan di masa lampau
Sjamsir menulis dari rantau
Hati agak badampong-dampong manurun dari Puncak Pato ka Andaleh Baruah Bukik, nagari tu tingga asok-asok jo abu rumah tabaka sajo lai.
Rumah Gadang nan Ambo tumpangi lalok wakatu ka pai ka Selatan sabalunnyo pun indak ado bakehnyo lai karano dibom api dari kapatabang Pusek.
Di sinan iyo titiak aia mato mancaliak dan maagak-i kama lah Rang Kampuang ka pai ijok?
Kalau ijok sajo lai tampek untuak pulang, tapi kini rumah-rumah untuak pulang tu alah habih jadi abu....
Hati dag, dig, dug turun dari Puncak Pato menuju Andaleh Baruah Bukik, nagari itu tinggal asap dan abu saja lagi.
Rumah Gadang yang saya tumpangi tidur ketika pergi ke Selatan sebelumnyapun tidak ada lagi bekasnya karena dibom api oleh kapal terbang Pusat.
Ketika itulah menetes air mata memikirkan ke mana orang kampung akan pergi lagi.
Kalau ijok (bersembunyi ke hutan) saja ada tempat pulang, tapi kini rumah rumah untuk pulang itu telah habis jadi abu....
14-8-2009
Santa Cruz, California
Sjamsir Sjarif
Walau tiada bukti kodak
Sebelum pesawat melepas tembak
Api menyala tak bisa jinak
Karena pilot menumpahkan minyak
Ketika udara panas menyengat
Temperatur lebih 30 derajat
Api menjalar sangat cepat
Tiada pencegahan bisa dibuat
Karena rumah musnah terbakar
Hidup sehari-hari jadi sukar
Tidur di tanah beralas tikar
Disertai derita menahan lapar
Kalau kebakaran terjadi di kota
Api dipadamkan oleh PBK
Musibah dikampung timbulkan sengsara
Tiada bantuan bisa diminta
Semua harta menjadi abu
Hidup serupa di rimba kubu
Kain tersisa selembar baju
Tiada pemerintah datang membantu
Andoleh Br. Bukik dibumihanguskan
Habis semua harta kekayaan
Termasuk pula bahan makanan
Hanya baju tinggal di badan
II. Pesawat terbang membakar musnah Andoleh
Beginilah strategi saat berperang
Tentara Pusat tak berani datang
Nagari Andoleh lalu dipanggang
Dengan bom pesawat terbang
Pesawat Mustang cocornya merah
Terbang melayang sangat rendah
Menembakkan mitraliur bagaikan muntah
Peluru ditujukan ke segala arah
Warisan pusaka datuk datuk
Rumah godang beratap ijuk
Berkayu Surian tak mungkin lapuk
Kini hangus tiada berbentuk
Menjadi topik buah bibir
Rumah godang dinding berukir
Ukirannya rancak berulir ulir
Nilainya tinggi tak mungkin ditaksir
Tak mungkin ditaksir dengan rupiah
Begitu adat Minang-Ranah
Ketika rumah dibakar musnah
Harga diri menjadi rendah
Ketika perang menegakkan kebenaran
Orang Andoleh banyak berkorban
Ninik mamak beserta kemenakan
Nyawa dan harta jadi taruhan
Akibat nagari dilalap api
Bermacam kerugian telah terjadi
Tidak hanya kehilangan materi
Hewan ternak banyak yang mati
Ketika api tinggi menjulang
Terasa panas tidak kepalang
Binatang mati di dalam kandang
Kerbau dan Jawi hangus terpanggang
Rezim Soekarno bersalah besar
Saat sekolah ikut dibakar
Hilang sudah ruang belajar
Semua murid jadi terlantar
Setelah surau hangus membara
Tiada lagi kitab tersisa
Qur-an dicari kemana mana
Untuk pedoman belajar agama
III. Nagari lain ikut membantu
Begini adat orang Minang Kabau
Kabar baik, datang dihimbau
Kabar buruk membuat risau
Sesama dunsanak silau-menyilau
Mendengar berita malapetaka
Tidak dipesan, tanpa diminta
Datang bantuan sanak saudara
Orang Tanjung datang pertama
Nasi disiapkan berbungkus bungkus
Dimasukkan karung maupun kardus
Lalu diantarkan secara khusus
Bantuan diberikan secara tulus
Tua muda membawa bantuan
Di atas kepala dijunjung beban
Berjalan kaki beriring iringan
Ada yang cepat, ada yang pelan
Dalam kondisi suasana kalut
Anak kecil ada yang ikut
Dibimbing yang tua berusia lanjut
Kalau melangkah nyeri di lutut
Mendengar Andoleh menjadi abu
Orang Tanjung ikut terharu
Si Cuik Amril berniat membantu
Izin diminta kepada ibu
Tak dicatat dalam sejarah
Amril mengingat untuk berkisah
Bersua orang tua terluka parah
Terkena peluru mengeluarkan darah
Ketika peluru menembus kaki
Kemungkinan putus pembuluh nadi
Darah mengalir tiada henti
Walau ditaburi bubuk kopi
Karena daging telah terkelupas
Tulang tampak kelihatan jelas
Warnanya putih mirip kertas
Kalau disentuh terasa keras
Menahan sakit tiada terkira
Di pipi meleleh air mata
Ingin menolong tapi tak bisa
Amril sedih diam saja
Beginilah Allah menguji orang
Bermacam cobaan bisa datang
Supaya iman tidak berkurang
Manusia disuruh untuk sembahyang
Inilah petuah orang tua tua
Mujur ada sepanjang masa
Malang terjadi dalam seketika
Manusia disuruh untuk bertakwa
Peristiwa lain diingat si Cuik
Kejadian kecil sangat menarik
Banyak hikmah bisa dipetik
Walau hanya masalah Gacik 1
Kalau berburu ke bukit gunung
Anak nagari saling bergabung
Orang Andoleh dan orang Tanjung
Ibarat dunsanak saudara kandung
Karena di leher tali melingkar
Saat api sedang berkobar
Anjing tak bisa lari menghindar
Lalu binatang mati terbakar
Anjing pemburu banyak yang mati
Nasib baik binatang Babi
Setelah anjing terpanggang api
Tiada lagi yang perlu ditakuti
Melewati Andoleh yang tinggal puing
Amril mual, kepala pusing
Melihat bangkai si manis kucing
Mengalirkan darah dari daging
Ketika dialog tak lagi bisa
Adu senjata dilakukan manusia
Walau binatang tidak berdosa
Hewan kesayangan ikut menderita
Amril sedih penuh perhatian
Waktu melangkah tak ingat badan
Telapaknya luka menginjak pecahan
Dia terpekik karena kesakitan
IV. Si Ampuah menjadi korban
Jangan dianggap masalah remeh
Kisah si Ampuah penduduk Andoleh
Orang gila berkelakuan aneh
Sering meminta disediakan teh
Karena mengganggu penduduk kampung
Si Ampuah diikat lalu dipasung
Dia menjerit meraung raung
Sering menangis duduk termenung
Ini pelanggaran hak azasi
Untuk bebas di atas bumi
Tak boleh dirampas atau dikebiri
Duhulu pernah telah terjadi
Ketika nagari sedang terbakar
Api menyala sangat besar
Si Ampuah terkurung di dalam kamar
Sangat susah lari menghindar
Untung ada orang menolong
Tali pengikat lalu dipotong
Si Ampuah lolos ke bawah kolong
Lalu berteriak melolong lolong
Karena dibaju menyala api
Kulit terbakar pedih sekali
Sambil menjerit berkali kali
Si Ampauh berlari kian kemari
Bertemu tebat sangat dalam
Si Ampuah melompat langsung terbenam
Dia mati karena tenggelam
Syahid di dunia menurut Islam
V. Tidak perlu meniru budaya kota
Nagari Andoleh ibarat surga
Dikelilingi bukit berhutan rimba
Banyak Enau menghasilkan nira
Sumber penghasilan kaum keluarga
Contoh teladan wajib ditiru
Ikuti kebiasaan orang dahulu
Kalau menebang pohon kayu
Harus seizin Datuk Pengulu
Bila kayu banyak ditebang
Hidup tak lagi merasa tenang
Mirip suasana keadaan perang
Setiap saat nyawa melayang
Tebing runtuh dalam semenit
Manusia mati tertimbun bukit
Mayat dicari sangat sulit
Karena jasad jauh terimpit
Karena tiada rencana planning
Hutan tak lagi dianggap penting
Luak dan sungai menjadi kering
Banyak runtuh bukit dan tebing
Orang Andoleh sangat cerdik
Menciptakan permainan sangat menarik
Satwa di rimba dijadikan topik
Namanya si Muntu berbaju kerisik
Kalau rimba dibuat rusak
Hutan berubah menjadi semak
Si Muntu langsung berteriak
Kapan mamak akan tersintak
Inilah perang sebenarnya perang
Musuh yang datang tanpa senapang
Namanya kapitalis kaum pedagang
Siang dan malam menjajakan barang
Tentara Pusat orang kota
Datang menggempur ke desa desa
Menimbulkan akibat bala bencana
Surga dibuat jadi neraka
Ibarat serangan dari Jakarta
Tayangan iklan dalam media
Merusak adat dan agama
Anak kemenakan harus waspada
Mengisap racun dikatakan berani
Pesan dilihat setiap hari
Telah tertipu muda dan mudi
Ketika rokok lakukan promosi
Produk kota barang mainan
Seperti Honda motor kenderaan
Dipakai remaja kebut kebutan
Akibatnya nyawa lepas di badan
Jangan ditiru penduduk kota
Membuang air mengeringkan rawa
Menyingkirkan makhluk dapat dosa
Ataupun langsung ditimpa bencana
Belum diatur oleh pemerintah
Makanya orang senang berulah
Untuk mendapat perluasan tanah
Tobek 2 diisi timbunan sampah
foto timbunan plastik ini bukan di Andoleh
Sampah plastik produksi kota
Masuk nagari meraja lela
Menimbulkan polusi sangat berbahaya
Perlu dihadapi dengan waspada
Timbunan sampah bahan plastik
Hasil produksi buatan pabrik
Kalau dibakar beracun toksik
Bila terisap rasa tercekik
1. gacik = anjing
2. tobek = kolam ikan
Kalau Dunsanak merasa perlu kisah ini diketahui pula oleh orang lain, tolong di Like & Send atau di Tweet
Tweet